Rabu, 02 Desember 2015

Jati Diri Bersembunyi di Balik Batu Karang

 Karya : Verina Rosita Sari    

  Mentari pagi telah terbit dari ufuk timur menyambut      datangnya hari. Kicauan burung terbang di langit biru.              Embun pagi membasahi dedaunan dan ranting pohon. Ayam    jantan berkokok membangunkan setiap insan yang tertidur        lelap. Terdengar teriakan seorang ibu yang membangunkan      putrinya yang tertidur di atas ranjang kamarnya.
   “Natari bangun sayang sudah pagi”.
              Itulah nama yang diberikan kedua orangtuanya kepada    gadis itu. Natari bangun dari tidurnya dan berjalan menuju        kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Selesai mandi dan      berpakaian seragam sekolah berwarna putih abu-abu. Natari mendatangi ibunya yang berada di dapur yang sedang memasak untuk sarapan pagi. Natari melihat ibunya asyik memasak, dia terkejut karena Ayahnya mengejutkan dia. Dia memandang Ayahnya telah berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Akhirnya masakan yang dibuat Ibunya telah selelsai. Natari membawa masakan itu diatas meja makan dan menyantap bersama kedua orang tuanya, Ayahnya memandangi putrinya yang sedang memakan nasi dengan lahap. Dia tidak pernah melihat putrinya sesenang seperti itu. Natari pun malu sejak tadi dilihat Ayahnya. Selesai makan Natari berpamitan kepada orangtuanya untuk berangkat ke sekolah. Natari keluar dari rumah menaiki sepedanya. Ayahnya mengajak dia untuk berangkat bersama namun Natari menolak karena tidak ingin merepotkan Ayahnya lagipula dia ada janji dengan sahabatnya yaitu Intan. Jarak rumah Natari dengan sekolah cukup jauh mungkin 100 meter. Dia tidak pernah lelah menggowes sepedanya.
            Natari melihat sesosok gadis di pertigaan jalan, ternyata gadis itu adalah Intan. Mereka pun berangkat bersama, selama perjalanan mereka bercanda tawa tidak terasa akhirnya mereka sampai di sekolah. Natari memakirkan sepedanya di tempat sepeda lalu berjalan menuju kelas. Di dalam kelas tidak ada seorangpun murid yang datang kecuali mereka berdua. Natari dan Intan menaruh tas mereka di atas bangku setelah itu Intan mengajak Natari untuk pergi ke kantin karena dia belum sarapan sejak pagi. Sesampai di kantin Intan memesan makanan dia meminta Natari untuk memesan makanan agar tidak menunggui Intan yang sedang memakan makanannya. Natari menolak karena dia sudah kenyang dia teringat akan suatu hal yaitu PR Bahasa Inggris yang diberikan gurunya. Intan tersendak karena mendengar ucapan Natari, Natari meminta Intan untuk minum agar tidak tersendak lagi. Ternyata Intan belum menyelesaikan PRnya, dia menarik tangan Natari untuk pergi ke kelas, Intan membuka LKS Bahasa Inggris dan mengerjakan tugas dengan cepat. Sebelum guru Bahasa Inggris datang ke kelas. Akhirnya Intan telah menyelesaikan tugas Bahasa Inggris walaupun tangannya kram. Natari tertawa geli melihat sahabatnya itu, namun juga merasa kasihan karena tangannya kram.
            Bel sekolah berbunyi semua murid-murid masuk ke kelas masing-masing, guru Bahasa Inggris telah memasuki kelas 3. Guru mengucapkan salam lalu memulai pelajaran, bu Guru meminta murid-murid meminta membuka LKS, kemudian mengoreksi tugas Bahasa Inggris. Dalam hati Intan dia bersyukur bisa menyelesaikan tugas PR Bahasa Inggris tepat waktu. Bu Guru memanggil Intan untuk membaca soal nomor 5, lalu Intan membaca soal itu dan jawabannya pun benar. Selanjutnya Natari membaca soal nomor 6, jawabannya sama benar. Dan akhirnya Guru menjumlah semua nilai murid-murid dan memasukkan nilai itu ke dalam buku nilai. Selesai memasukkan nilai bu Guru meminta sekretaris untuk menulis materi di papan tulis hingga selesai. Setelah itu bu Guru menjelaskan materi yang telah ditulis di papan tulis, Natari dan Intan tidak memperhatikan penjelasan, mereka asyik bercanda. Bu Guru memarahi mereka berdua karena tidak mendengarkan penjelasan darinya. Sebegai hukuman Natari dan Intan disuruh keluar kelas dan berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran Bahasa Inggris selesai.
            Satu jam telah berlalu, Natari dan Intan merasa kelelahan berdiri selama satu jam. Akhirnya pelajaran Bahasa Inggris selesai. Guru pun meminta mereka masuk ke dalam kelas. Mereka berjanji dalam diri mereka sendiri tidak akan mengulangi kesalahan ini untuk kedua kalinya. Mereka merasa tidak mempunyai tulang di dalam kakinya. Natari dan Intan merasa lega karena hukuman mereka telah selesai.

            Sekarang waktunya pergantian jam, kelas 3 akan diajak guru Matematika namun guru tersebut tidak bisa hadir karena berhalangan. Jadi pelajaran kedua ini kosong, Natari merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa sedangkan Intan tertidur pulas di sampingnya. Akan tetapi murid-murid yang lain asyik bercanda, tidur, keluar dari kelas, membeli makanan di kantin. Natari melihat kelakuan teman-temannya merasa malu karena tidak bisa mencontohkan yang baik tetapi memberikan contoh buruk. Daripada Natari pusing melihat kelakuan teman-temannya dia memilih untuk membaca novel hingga selesai pelajaran.
            Kinipun waktu pelajaran kedua telah selesai, semua murid-murid keluar dari kelas. Natari membangunkan Intan dari tidurnya, Intan terbangun dengan wajah sayup, Natari seakan ingin tertawa melihat sahabatnya. Tanpa menunggu waktu Natari mengajak Intan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya setelah itu mengajak pergi ke kantin untuk membeli makanan. Intan melihat Natari begitu serius membaca buku yang dia bawa hingga dia melupakan makanan yang telah di pesan, Intan pun merasa ingin tahu !! buku apa yang dibaca itu. Intan menanyakan kepada Natari buku apa yang dia baca ?, Natari menjawab dia membawa Novel yang baru dia beli. Intan mengejutkan Natari sehingga membuat Novel itu terjatuh dibawa kaki Intan, Intan mengambil novel itu dan meminta maaf kepada Natari, dia tidak bermaksud mengejutkan Natari.
            Waktu istirahat sudah selesai, semua murid masuk ke kelasnya. Natari dan Intan yang kini sedang berada di kantin. Berjalan menuju kelasnya sebelum mereka mendapat hukuman dari gurunya untuk kedua kali. Natari dan Intan berlari cepat agar cepat sampai di kelas ketika mereka hampir sampai Bapak Kepala Sekolah memanggil mereka ke kantor. Ternyata Bapak Kelapa Sekolah meminta mereka untuk mengumumkan lomba pentas seni musik kepada masing-masing kelas, namun sebelum itu mereka meminta izin kepada guru yang akan mengajar kelas mereka. Setelah mendapat izin mereka memulai mengumumkan dari tiap-tiap kelas hingga ke kelas mereka sendiri. Di dalam lembaran itu tertulis :
Bagi peserta yang ingin mengikuti lomba dari tiap-tiap kelas tidak ada batas peserta.
Waktu pelaksanaan hari sabtu malam, waktu pendaftaran di mulai hari senin sampai jum’at. Bagi pemenang lomba pentas seni musik akan mendapatkan uang, bagi juara 1 mendapat uang Rp. 1.500.000,-, bagi juara II mendapat uang Rp. 1.000.000,-, juara III mendapat uang Rp. 500.000,-. Setelah Natari dan Intan mengumumkan perlombaan itu mereka kembali ke kelas mungkin mereka bisa mengikuti pelajaran selama 25 menit.
            Kini pelajaran akhir telah selesai, semua guru-guru dan murid keluar dari sekolah. Natari dan Intan berjalan menuju tempat bagian sepeda dan mengambil sepedanya. Intan membujuk Natari untuk mengikuti lomba itu namun Natari menolak karena dia takut demam panggung dan tidak memiliki alat musik. Natari tidak berkeinginan untuk mengikuti lomba itu walaupun dia mengetahuinya bahwa dia pandai bermain biola. Selama perjalanan Intan bercanda tawa dengan Natari di sisi canda tawa itu Intan membujuk Natari untuk mengikuti lomba itu, namun semua itu sia-sia Natari tetap bersikeras tidak mengikuti lomba itu. Natari dan Intan berpisah di pertigaan jalan, Intan melanjutkan perjalanannya hingga sampai di rumah. Dia menaruh sepeda di depan rumah dan berjalan memasuki kamar setelah berganti baju dia keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. Dia melihat Ibunya duduk di kursi Natari bercerita kepada Ibunya bahwa di sekolah diadakan lomba pentas seni musik. Ibunya bertanya kepada Natari mengapa dia tidak mengikuti lomba itu, padahal dia pandai bermain biola. Natari tidak menjawab pertanyaan Ibunya, selesai makan Natari berjalan menuju kamar. Di dalam kamar dia memikirkan perkataan Ibunya dan sahabat, tak disangka Natari tertidur pulas hingga menjelang waktu sore.
            Natari terbangun dari tidur nyenyaknya, dia membuka jendela ternyata hari menjelang sore dia berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Dari luar rumah terdengar suara mobil ternyata suara mobil itu adalah mobil Ayahnya yang baru datang. Waktu yang sama Natari selesai mandi, Natari mengajak Ayahnya untuk duduk di ruang tamu, dia bercerita bahwa di sekolahan diadakan lomba pentas seni musik. Ayahnya bertanya apakah dia mengikuti lomba itu ?, dia menjawab dia akan mengikuti lomba itu. Ibunya mendengar percakapan Natari dan Ayahnya tentang lomba pentas seni musik itu, Ibunya merasa senang karena dia ingin mengikuti lomba itu.
            Keesokan harinya Natari bangun lebih awal daripada biasanya entah mengapa hari ini dia begitu bersemangat menyambut datangnya pagi dan sorotan matahari di tiap-tiap jendela kamar. Pagi-pagi sekali Natari membuat keributan di dapur, Ibunya terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur untuk memastikan tidak ada apa-apa di dapur. Ternyata Ibu melihat putrinya sedang memasak, ibunya menghampiri Natari lalu bertanya sedang memasak apa kamu di dapur? Natari langsung berbalik badan dan melihat ibunya di belakang dia, dia menjawab dengan ketakutan dan wajah memerah. Ibunya meminta Natari untuk menjelaskan dengan jujur mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan di dapur. Natari menjelaskan semua yang telah dia lakukan di dapur, ternyata Natari ingin membuat nasi goreng dan dua mata telur sapi akan tetapi tidak berhasil malah rasa masakan itu menjadi tidak karuan. Dia tidak sengaja menjatuhkan piring ke lantai sehingga terdengar seperti keributan. Ibu Natari tertawa geli mendengar perkataan putrinya, Ibu mengajari Natari cara membuat nasi goreng yang lezat. Akhirnya Natari bisa membuat nasi goreng dengan lezat selesai memasak nasi goreng Natari membawa masakan itu di atas meja makan. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, selesai mandi dan berpakaian seragam sekolah Natari menghampiri Ibu dan Ayahnya yang berada di meja makan. Natari berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk berangkat sekolah, Natari keluar dari rumah lalu menaiki sepedanya dan menggowes sepeda dengan cepat. Saat perjalanan dia bertemu Intan mereka berangkat bersama. Sesampai di sekolah Natari melihat para siswa-siswi bergerumbul di depan mading. Natari dan Intan berjalan mendekati mading sekolah, ternyata itu adalah nama peserta yang mengikuti lomba pentas seni musik. Intan memandang Natari dia berharap Natari ingin mengikuti lomba itu. Tiba-tiba saja Natari menarik tangan Intan menuju ruang OSIS, Intan menjadi bingung dengan kelakuan Natari mengapa dia diajak ke ruang OSIS ? . Sesampai di sana Natari dan Intan melihat teman sekelasnya yang menjadi anggota OSIS yang bertugas mencatat bagi siswa-siswi yang mengikuti lomba pentas seni musik. Natari bertanya kepada temannya itu berapa banyak peserta yang mengikuti lomba pentas seni musik ? temannya menjawab dengan wajah bingung mungkin sekitar 110 peserta yang mengikuti lomba. Natari mengambil pulpen di depannya lalu menulis namanya di kertas perlombaan, Intan terkejut melihat Natari menulis namanya di kertas perlombaan itu. Intan memandang Natari dengan wajah tersenyum. Natari berkata kepada Intan awalnya dia tidak ingin mengikuti lomba itu akan tetapi berkat Intan dia ingin mengikuti lomba pentas seni musik. Intan merasa senang lalu dia memeluk Natari dengan erat sehingga Natari tidak bisa bernapas.
            Mereka pergi ke kantor menemui bapak Kepala Sekolah untuk meminta izin meminjam biola, Bapak Kepala Sekolah bertanya kepada mereka mengapa ingin meminjam biola? Natari menjelaskan kepada Bapak Kepala Sekolah bahwa dia meminjam biola untuk berlatih untuk mengikuti lomba pentas seni musik, akhirnya Bapak Kepala Sekolah menyetujui tetapi Natari harus berjanji kepada Bapak Kepala Sekolah untuk memenangkan lomba itu. Natari pun menyetujui persyaratan yang diberikan Bapak Kepala Sekolah, Intan dan Natari merasa senang karena bisa berlatih. Mereka berjalan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran IPA selama 2 jam, sesampai di kelas semua murid-murid memandangi Natari dan Intan mengapa membawa biola ke dalam kelas? Bu Guru yang baru masuk ke kelas merasa heran melihat Natari memegang biola! Natari menjelaskan kepada Bu Guru bahwa dia akan mengikuti lomba pentas seni musik. Bu guru pun tersenyum dia berkata “Kamu jangan pantang menyerah berlatih untuk mengikuti lomba itu. Bu Guru memulai pelajaran kembali hingga 2 jam.
            Waktu istirahat Natari dan Intan berjalan menuju ruang musik untuk berlatih tidak disangka semua siswa-siswi mengintip dari luar jendela. Natari mengetahui akan hal itu dia bersembunyi di balik tirai agar tidak ada yang tahu bahwa dia bermain biola, Intan merasa bingung melihat Natari bersembunyi di balik tirai. Natari menunjuk kearah jendela dengan wajah memerah, Intan tidak mengerti maksud Natari dia berbalik badan dan melihat semua murid-murid mengintip dari jendela. Intan berjalan keluar ruang musik dan meminta murid-murid meninggalkan ruang musik sekarang juga, setelah itu Intan kembali masuk ke ruang musik lalu meminta Natari keluar dari tirai.Natari mengintip dari balik tirai untuk memastikan semua murid telah meninggalkan ruang musik,kemudian Natari keluar dari balik tirai dia mengajak Intan pergi ke kanti untuk membeli makanan karena Natari kelelahan ber lati. Sesampai di kanti Natari dan Intan memesan makanan lalu memakan makanan itu hingga habis tidak tersisa. Selesai makan Intan dan Natari berjalan menuju kelas,saat perjalanan menuju kelas Intan dan Natari mendengar pengumuman dari spiker.
“bahwa siswa-siswi bisa pulang lebih awal dari pada biasanya”semua murid-murid berteriak kesenangan, Natari melihat jam tanggannya menunjukkan pukul :10.00 WIB kemudian dia berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya yang berada di dalam kelas.Sesampai di sana dia melihat sudah tidak ada murid sama sekali,hanya mereka berdua di dalam kelas.Intan dan Natari berjalan keluar dari pagar sekolah,lalu menggoes sepedanya dengan cepat sampai di rumah.Selama perjalanan mereka bercerita tentang perlombaan pentas seni musik yang akan diadakan sabtu malam besok.
            Satu jam perjalanan,akhirnya Natari sampai di rumah.Saat Natari masuk ke dalam rumah dia tidak melihat ibunya di dapur,Natari berlari keluar rumah dia melihat mobil ayahnya sudah berada disamping rumah.Natari menjadi takut dia mengambil ponsel di dalam saku lalu menelfon ayahnya.
            “Halo,ayah ada di mana ?”tanya Natari dengan bingung.
            “ayah sekarang berada di rumah sakit bersama ibumu,sekarang kamu cepat kesini!.Ayah tidak bisa menjelaskan melewati telfon.”
            Natari mengunci pintu rumah kemudian mencari angkutan umum untuk mengantar dia ke rumah sakit,saat perjalanan dia memikirkan ibunya yang berada di rumah sakit.Akhirnya Natari sampai ke rumah sakit,dia mendekati suster dan bertanya ibunya di rawat di kamar berapa?.Suster itu menjawab bahwa ibunya dirawat di kamar melati no 3.setelah itu Natari mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di kamar ibunya,dari kejauhan terlihat seorang laki-laki berdiri di depan kamar ibunya.Ternyata laki-laki itu ialah ayahnya,Natari menghampiri ayahnya lalu bertanya.
            “Ayah ada apa dengan ibu?”
            Ayahnya tidak menjawab pertanyaan Natari,tiba-tiba seorang dokter menghampiri Natari dan ayahnya yang berada di depan kamar.
            “Siapa keluarga pasien?”tanya dokter.
            “Saya dok,ada apa dengan ibu saya?”Natari memandang dokter dengan rasa takut.
            “Ibumu harus cepat di operasi,jika tidak penyakitnya bisa membahayakan ibumu.”
            Dokter itu berjalan pergi meninggalkan Natari dan ayahnya,Natari memandang ayahnya dengan rasa khawatir.
            “Ayah akan menjelaskan padaku semua yang tejadi pada ibu kan?.”kata Natari.
            “Maafkan ayah,ibumu terserang penyakit liver.Kata dokter biaya operasi ibumu Rp.1.500.000,00”
            Natari terkejut mendengar perkataan ayahnya,Natari tidak bisa berfikir lagi.dia sangat bingung bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu padahal keluarganya hidup sederhana,Natari terpaksa membolos sekolah selama tiga hari untuk mencari uang untuk biaya operasi ibunya.
            Keesokan harinya, Natari berjualan kue di toko-toko terdekat walaupun dia mengetahui uang hasil penjualan kue tidak seberapa.Natari tidak memberi tahukan ayahnya bahwa dia berjualan kue setiap pagi.Ketika ayahnya berangkat kerja agar ayahnya tidak mengetahui bahwa dia berjualan kue dan membolos sekolah selama tiga hari.ketika Natari berjualan di toko ayahnya melihat dia berjulan kue lalu ayahnya menghampirinya.        
            “kenapa kamu membolos sekolah dan berjualan kue?”
Natari tidak menjawab pertanyaan Ayahnya akan tetapi diam seribu bahasa, kini Ayahnya mengetahui bahwa putrinya ingin membantu dia mencari uang untuk biaya operasi ibunya. Ayahnya tidak akan melarang putrinya berjualan kue di toko dengan satu syarat dia harus tetap belajar walaupun tidak sekolah, dia harus belajar di rumah karena dia sudah kelas 3  sebentar lagi akan ujian. 
            Selama tiga hari ini Intan tidak bertemu dengan Natari, Intan merasa khawatir karena sahabatnya tidak memberi kabar sama sekali sejak dia membolos sekolah. Sepulang sekolah Intan memutuskan untuk menghampiri Natari di rumahnya, saat Intan mengetuk pintu rumah Natari tidak ada jawaban dari dalam rumah Natari. Intan berbalik badan lalu berjalan pulang ke rumahnya, saat perjalanan ke rumahnya dia melihat seorang gadis yang pernah dia kenal lalu dia menghampiri ternyata itu adalah sahabatnya. Intan berlari dan memeluk sahabatnya itu dengan menangis karena merasa rindu.
Natari mengajak Intan ke rumahnya saat sampai di rumah Natari ternyata dia melihat Ayahnya duduk di depan rumah. Intan bersalaman dengan Ayah Natari lalu masuk ke ruang tamu. Ayah natari berbincang –bincang  dengan intan sedangkan natari pamit ke dapur untuk membuat minuman, intan bertanya kepada Ayah Natari kenapa dia membolos sekolah?. Sebelum Ayah Natari menjawab pertanyaan intan Natari datang membawa dua cangkir teh dan menyajikan kepada sahabatnya dan Ayahnya, Intan bertanya kepada Natari mengapa dia membolos sekolah Dan berjualan kue di toko?. Natari hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Intan merasa pertanyaannya mengecewakan lalu mengganti topik pembicaraan lain.
“Oh ya Nat, apakah kamu sudah siap mengikuti lomba pentas seni musik?”  Tanya Intan.
            “ Maaf  In, Aku tidak bisa mengikuti lomba pentas seni musik karena Ibuku sakit.”  Natari menjawab dengan menundukkan kepalanya merasa takut Intan kecewa, sebelum Ayah Natari pamit untuk keluar rumah Intan meminta izin kepada Ayah Natari untuk mengajak Natari ke taman. Namun Ayahnya hanya mengizinkan sebentar saja.meraka pun setuju, kemudian Intan menarik tangan Natari agar segera ke taman.
            Sesampai di taman Intan kembali melontarkan pertanyaan kepada sahabatnya itu.

            “Apa? apa yang kamu bilang barusan, Tidak bisa mengikuti lomba?” tanya Intan terkejut. “kenapa kamu mengecewakanku?, sekarang coba kamu lihat batu karang ini begitu indah bukan? Batu karang ini seperti dirimu  yang tidak ingin menunjukkan jati diri dan bakat mu.”  Wajah Intan memerah menahan tangis dalam hatinya