Karya : Verina Rosita Sari
Mentari pagi telah terbit dari ufuk timur
menyambut datangnya hari. Kicauan burung terbang di langit biru. Embun pagi
membasahi dedaunan dan ranting pohon. Ayam jantan berkokok membangunkan setiap
insan yang tertidur lelap. Terdengar teriakan seorang ibu yang membangunkan putrinya yang tertidur di atas ranjang kamarnya.
“Natari
bangun sayang sudah pagi”.
Itulah nama yang diberikan kedua
orangtuanya kepada gadis itu. Natari bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Selesai mandi dan berpakaian seragam
sekolah berwarna putih abu-abu. Natari mendatangi ibunya yang berada di dapur yang
sedang memasak untuk sarapan
pagi. Natari melihat ibunya
asyik memasak, dia terkejut karena Ayahnya mengejutkan dia. Dia memandang
Ayahnya telah berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Akhirnya masakan yang dibuat
Ibunya telah selelsai. Natari membawa masakan itu diatas meja makan dan
menyantap bersama kedua orang tuanya, Ayahnya memandangi putrinya yang sedang
memakan nasi dengan lahap. Dia tidak pernah melihat putrinya sesenang seperti
itu. Natari pun malu sejak tadi dilihat Ayahnya. Selesai makan Natari
berpamitan kepada orangtuanya untuk berangkat ke sekolah. Natari keluar dari
rumah menaiki sepedanya. Ayahnya mengajak dia untuk berangkat bersama namun
Natari menolak karena tidak ingin merepotkan Ayahnya lagipula dia ada janji
dengan sahabatnya yaitu Intan. Jarak rumah Natari dengan sekolah cukup jauh
mungkin 100 meter. Dia tidak pernah lelah menggowes sepedanya.
Natari melihat sesosok gadis di
pertigaan jalan, ternyata gadis itu adalah Intan. Mereka pun berangkat bersama,
selama perjalanan mereka bercanda tawa tidak terasa akhirnya mereka sampai di
sekolah. Natari memakirkan sepedanya di tempat sepeda lalu berjalan menuju
kelas. Di dalam kelas tidak ada seorangpun murid yang datang kecuali mereka
berdua. Natari dan Intan menaruh tas mereka di atas bangku setelah itu Intan
mengajak Natari untuk pergi ke kantin karena dia belum sarapan sejak pagi.
Sesampai di kantin Intan memesan makanan dia meminta Natari untuk memesan
makanan agar tidak menunggui Intan yang sedang memakan makanannya. Natari
menolak karena dia sudah kenyang dia teringat akan suatu hal yaitu PR Bahasa
Inggris yang diberikan gurunya. Intan tersendak karena mendengar ucapan Natari,
Natari meminta Intan untuk minum agar tidak tersendak lagi. Ternyata Intan
belum menyelesaikan PRnya, dia menarik tangan Natari untuk pergi ke kelas,
Intan membuka LKS Bahasa Inggris dan mengerjakan tugas dengan cepat. Sebelum
guru Bahasa Inggris datang ke kelas. Akhirnya Intan telah menyelesaikan tugas
Bahasa Inggris walaupun tangannya kram. Natari tertawa geli melihat sahabatnya
itu, namun juga merasa kasihan karena tangannya kram.
Bel sekolah berbunyi semua
murid-murid masuk ke kelas masing-masing, guru Bahasa Inggris telah memasuki
kelas 3. Guru mengucapkan salam lalu memulai pelajaran, bu Guru meminta
murid-murid meminta membuka LKS, kemudian mengoreksi tugas Bahasa Inggris.
Dalam hati Intan dia bersyukur bisa menyelesaikan tugas PR Bahasa Inggris tepat
waktu. Bu Guru memanggil Intan untuk membaca soal nomor 5, lalu Intan membaca
soal itu dan jawabannya pun benar. Selanjutnya Natari membaca soal nomor 6,
jawabannya sama benar. Dan akhirnya Guru menjumlah semua nilai murid-murid dan
memasukkan nilai itu ke dalam buku nilai. Selesai memasukkan nilai bu Guru
meminta sekretaris untuk menulis materi di papan tulis hingga selesai. Setelah
itu bu Guru menjelaskan materi yang telah ditulis di papan tulis, Natari dan
Intan tidak memperhatikan penjelasan, mereka asyik bercanda. Bu Guru memarahi
mereka berdua karena tidak mendengarkan penjelasan darinya. Sebegai hukuman
Natari dan Intan disuruh keluar kelas dan berdiri di depan tiang bendera sampai
pelajaran Bahasa Inggris selesai.
Satu jam telah berlalu, Natari dan
Intan merasa kelelahan berdiri selama satu jam. Akhirnya pelajaran Bahasa
Inggris selesai. Guru pun
meminta mereka masuk ke dalam kelas. Mereka berjanji dalam diri mereka sendiri
tidak akan mengulangi kesalahan ini untuk kedua kalinya. Mereka merasa tidak
mempunyai tulang di dalam kakinya. Natari dan Intan merasa lega karena hukuman
mereka telah selesai.
Sekarang waktunya pergantian jam,
kelas 3 akan diajak guru Matematika namun guru tersebut tidak bisa hadir karena
berhalangan. Jadi pelajaran kedua ini kosong, Natari merasa bosan karena tidak
melakukan apa-apa sedangkan Intan tertidur pulas di sampingnya. Akan tetapi
murid-murid yang lain asyik bercanda, tidur, keluar dari kelas, membeli makanan
di kantin. Natari melihat kelakuan teman-temannya merasa malu karena tidak bisa
mencontohkan yang baik tetapi memberikan contoh buruk. Daripada Natari pusing
melihat kelakuan teman-temannya dia memilih untuk membaca novel hingga selesai pelajaran.
Kinipun waktu pelajaran kedua telah
selesai, semua murid-murid keluar dari kelas. Natari membangunkan Intan dari
tidurnya, Intan terbangun dengan wajah sayup, Natari seakan ingin tertawa
melihat sahabatnya. Tanpa menunggu waktu Natari mengajak Intan ke kamar mandi
untuk mencuci mukanya setelah itu mengajak pergi ke kantin untuk membeli
makanan. Intan melihat Natari begitu serius membaca buku yang dia bawa hingga
dia melupakan makanan yang telah di pesan, Intan pun merasa ingin tahu !! buku
apa yang dibaca itu. Intan menanyakan kepada Natari buku apa yang dia baca ?,
Natari menjawab dia membawa Novel yang baru dia beli. Intan mengejutkan Natari
sehingga membuat Novel itu terjatuh dibawa kaki Intan, Intan mengambil novel itu dan meminta maaf kepada
Natari, dia tidak bermaksud mengejutkan Natari.
Waktu istirahat sudah selesai, semua
murid masuk ke kelasnya. Natari dan Intan yang kini sedang berada di kantin.
Berjalan menuju kelasnya sebelum mereka mendapat hukuman dari gurunya untuk
kedua kali. Natari dan Intan berlari cepat agar cepat sampai di kelas ketika
mereka hampir sampai Bapak Kepala Sekolah memanggil mereka ke kantor. Ternyata
Bapak Kelapa Sekolah meminta mereka untuk mengumumkan lomba pentas seni musik
kepada masing-masing kelas, namun sebelum itu mereka meminta izin kepada guru
yang akan mengajar kelas mereka. Setelah mendapat izin mereka memulai
mengumumkan dari tiap-tiap kelas hingga ke kelas mereka sendiri. Di dalam
lembaran itu tertulis :
Bagi
peserta yang ingin mengikuti lomba dari tiap-tiap kelas tidak ada batas
peserta.
Waktu pelaksanaan hari sabtu malam, waktu pendaftaran di mulai hari senin
sampai jum’at. Bagi pemenang lomba pentas seni musik akan mendapatkan uang,
bagi juara 1 mendapat uang Rp. 1.500.000,-, bagi juara II mendapat uang Rp.
1.000.000,-, juara III mendapat uang Rp. 500.000,-. Setelah Natari dan Intan
mengumumkan perlombaan itu mereka kembali ke kelas mungkin mereka bisa
mengikuti pelajaran selama 25 menit.
Kini pelajaran akhir telah selesai,
semua guru-guru dan murid keluar dari sekolah. Natari dan Intan berjalan menuju
tempat bagian sepeda dan mengambil sepedanya. Intan membujuk Natari untuk
mengikuti lomba itu namun Natari menolak karena dia takut demam panggung dan
tidak memiliki alat musik. Natari tidak berkeinginan untuk mengikuti lomba itu
walaupun dia mengetahuinya bahwa dia pandai bermain biola. Selama perjalanan
Intan bercanda tawa dengan Natari di sisi canda tawa itu Intan membujuk Natari
untuk mengikuti lomba itu, namun semua itu sia-sia Natari tetap bersikeras
tidak mengikuti lomba itu. Natari dan Intan berpisah di pertigaan jalan, Intan
melanjutkan perjalanannya hingga sampai di rumah. Dia menaruh sepeda di depan
rumah dan berjalan memasuki kamar setelah berganti baju dia keluar dari
kamarnya dan menuju meja makan. Dia melihat Ibunya duduk di kursi Natari
bercerita kepada Ibunya bahwa di sekolah diadakan lomba pentas seni musik.
Ibunya bertanya kepada Natari mengapa dia tidak mengikuti lomba itu, padahal
dia pandai bermain biola. Natari tidak menjawab pertanyaan Ibunya, selesai
makan Natari berjalan menuju kamar. Di dalam kamar dia memikirkan perkataan
Ibunya dan sahabat, tak disangka Natari tertidur pulas hingga menjelang waktu
sore.
Natari terbangun dari tidur
nyenyaknya, dia membuka jendela ternyata hari menjelang sore dia berjalan
menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Dari luar rumah terdengar suara
mobil ternyata suara mobil itu adalah mobil Ayahnya yang baru datang. Waktu
yang sama Natari selesai mandi, Natari mengajak Ayahnya untuk duduk di ruang
tamu, dia bercerita bahwa di sekolahan diadakan lomba pentas seni musik.
Ayahnya bertanya apakah dia mengikuti lomba itu ?, dia menjawab dia akan
mengikuti lomba itu. Ibunya mendengar percakapan Natari dan Ayahnya tentang
lomba pentas seni musik itu, Ibunya merasa senang karena dia ingin mengikuti
lomba itu.
Keesokan harinya Natari bangun lebih
awal daripada biasanya entah mengapa hari ini dia begitu bersemangat menyambut
datangnya pagi dan sorotan matahari di tiap-tiap jendela kamar. Pagi-pagi
sekali Natari membuat keributan di dapur, Ibunya terbangun dari tidurnya dan
berjalan menuju dapur untuk memastikan tidak ada apa-apa di dapur. Ternyata Ibu
melihat putrinya sedang memasak, ibunya menghampiri Natari lalu bertanya sedang
memasak apa kamu di dapur? Natari langsung berbalik badan dan melihat ibunya di belakang dia, dia menjawab
dengan ketakutan dan wajah memerah. Ibunya meminta Natari untuk menjelaskan
dengan jujur mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan di dapur. Natari
menjelaskan semua yang telah dia lakukan di dapur, ternyata Natari ingin
membuat nasi goreng dan dua mata telur sapi akan tetapi tidak berhasil malah
rasa masakan itu menjadi tidak karuan. Dia tidak sengaja menjatuhkan piring ke
lantai sehingga terdengar seperti keributan. Ibu Natari tertawa geli mendengar
perkataan putrinya, Ibu mengajari Natari cara membuat nasi goreng yang lezat.
Akhirnya Natari bisa membuat nasi goreng dengan lezat selesai memasak nasi
goreng Natari membawa masakan itu di atas meja makan. Dia berjalan menuju kamar
mandi untuk menyegarkan tubuhnya, selesai mandi dan berpakaian seragam sekolah
Natari menghampiri Ibu dan Ayahnya yang berada di meja makan. Natari berpamitan
kepada kedua orangtuanya untuk berangkat sekolah, Natari keluar dari rumah lalu
menaiki sepedanya dan menggowes sepeda dengan cepat. Saat perjalanan dia
bertemu Intan mereka berangkat bersama. Sesampai di sekolah Natari melihat para
siswa-siswi bergerumbul di depan mading. Natari dan Intan berjalan mendekati
mading sekolah, ternyata itu adalah nama peserta yang mengikuti lomba pentas
seni musik. Intan memandang Natari dia berharap Natari ingin mengikuti lomba
itu. Tiba-tiba saja Natari menarik tangan Intan menuju ruang OSIS, Intan
menjadi bingung dengan kelakuan Natari mengapa dia diajak ke ruang OSIS ? .
Sesampai di sana Natari dan Intan melihat teman sekelasnya yang menjadi anggota
OSIS yang bertugas mencatat bagi siswa-siswi yang mengikuti lomba pentas seni
musik. Natari bertanya kepada temannya itu berapa banyak peserta yang mengikuti
lomba pentas seni musik ? temannya menjawab dengan wajah bingung mungkin
sekitar 110 peserta yang mengikuti lomba. Natari mengambil pulpen di depannya
lalu menulis namanya di kertas perlombaan, Intan terkejut melihat Natari
menulis namanya di kertas perlombaan itu. Intan memandang Natari dengan wajah
tersenyum. Natari berkata kepada Intan awalnya dia tidak ingin mengikuti lomba
itu akan tetapi berkat Intan dia ingin mengikuti lomba pentas seni musik. Intan
merasa senang lalu dia memeluk Natari
dengan erat sehingga Natari tidak bisa bernapas.
Mereka pergi ke kantor menemui bapak
Kepala Sekolah untuk meminta izin meminjam biola, Bapak Kepala Sekolah bertanya
kepada mereka mengapa ingin meminjam biola? Natari menjelaskan kepada Bapak
Kepala Sekolah bahwa dia meminjam biola untuk berlatih untuk mengikuti lomba
pentas seni musik, akhirnya Bapak Kepala Sekolah menyetujui tetapi Natari harus
berjanji kepada Bapak Kepala Sekolah untuk memenangkan lomba itu. Natari pun
menyetujui persyaratan yang diberikan Bapak Kepala Sekolah, Intan dan Natari
merasa senang karena bisa berlatih. Mereka berjalan menuju kelas untuk
mengikuti pelajaran IPA selama 2 jam, sesampai di kelas semua murid-murid
memandangi Natari dan Intan mengapa membawa biola ke dalam kelas? Bu Guru yang baru masuk ke kelas
merasa heran melihat Natari memegang biola! Natari menjelaskan kepada Bu Guru
bahwa dia akan mengikuti lomba pentas seni musik. Bu guru pun tersenyum dia
berkata “Kamu
jangan pantang menyerah berlatih untuk mengikuti lomba itu”. Bu Guru memulai pelajaran kembali
hingga 2 jam.
Waktu istirahat Natari dan Intan berjalan
menuju ruang musik untuk berlatih tidak disangka semua siswa-siswi mengintip
dari luar jendela. Natari mengetahui akan hal itu dia bersembunyi di balik
tirai agar tidak ada yang tahu bahwa dia bermain biola, Intan merasa bingung
melihat Natari bersembunyi di balik tirai. Natari menunjuk kearah jendela dengan wajah memerah, Intan
tidak mengerti maksud Natari dia berbalik badan dan melihat semua murid-murid
mengintip dari jendela. Intan berjalan keluar ruang musik dan meminta
murid-murid meninggalkan ruang musik sekarang juga, setelah itu Intan kembali
masuk ke ruang musik lalu meminta Natari keluar dari tirai.Natari mengintip
dari balik tirai untuk memastikan semua murid telah meninggalkan ruang
musik,kemudian Natari keluar dari balik tirai dia mengajak Intan pergi ke kanti
untuk membeli makanan karena Natari kelelahan ber lati. Sesampai di kanti
Natari dan Intan memesan makanan lalu memakan makanan itu hingga habis tidak
tersisa. Selesai makan Intan dan Natari berjalan menuju kelas,saat perjalanan
menuju kelas Intan dan Natari mendengar pengumuman dari spiker.
“bahwa siswa-siswi bisa pulang
lebih awal dari pada biasanya”semua murid-murid berteriak kesenangan,
Natari melihat jam tanggannya menunjukkan pukul :10.00 WIB kemudian dia
berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya yang berada di dalam
kelas.Sesampai di sana dia melihat sudah tidak ada murid sama sekali,hanya
mereka berdua di dalam kelas.Intan dan Natari berjalan keluar dari pagar
sekolah,lalu menggoes sepedanya dengan cepat sampai di rumah.Selama perjalanan
mereka bercerita tentang perlombaan pentas seni musik yang akan diadakan sabtu
malam besok.
Satu jam perjalanan,akhirnya Natari
sampai di rumah.Saat Natari masuk ke dalam rumah dia tidak melihat ibunya di
dapur,Natari berlari keluar rumah dia melihat mobil ayahnya sudah berada
disamping rumah.Natari menjadi takut dia mengambil ponsel di dalam saku lalu
menelfon ayahnya.
“Halo,ayah ada di mana ?”tanya
Natari dengan bingung.
“ayah sekarang berada di rumah sakit
bersama ibumu,sekarang kamu cepat kesini!.Ayah tidak bisa menjelaskan melewati
telfon.”
Natari mengunci pintu rumah kemudian
mencari angkutan umum untuk mengantar dia ke rumah sakit,saat perjalanan dia
memikirkan ibunya yang berada di rumah sakit.Akhirnya Natari sampai ke rumah
sakit,dia mendekati suster dan bertanya ibunya di rawat di kamar berapa?.Suster
itu menjawab bahwa ibunya dirawat di kamar melati no 3.setelah itu Natari
mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di kamar ibunya,dari kejauhan
terlihat seorang laki-laki berdiri di depan kamar ibunya.Ternyata laki-laki itu
ialah ayahnya,Natari menghampiri ayahnya lalu bertanya.
“Ayah ada apa dengan ibu?”
Ayahnya tidak menjawab pertanyaan
Natari,tiba-tiba seorang dokter menghampiri Natari dan ayahnya yang berada di
depan kamar.
“Siapa keluarga pasien?”tanya
dokter.
“Saya dok,ada apa dengan ibu
saya?”Natari memandang dokter dengan rasa takut.
“Ibumu harus cepat di operasi,jika
tidak penyakitnya bisa membahayakan ibumu.”
Dokter itu berjalan pergi
meninggalkan Natari dan ayahnya,Natari memandang ayahnya dengan rasa khawatir.
“Ayah akan menjelaskan padaku semua
yang tejadi pada ibu kan?.”kata Natari.
“Maafkan ayah,ibumu terserang
penyakit liver.Kata dokter biaya operasi ibumu Rp.1.500.000,00”
Natari
terkejut mendengar perkataan ayahnya,Natari tidak bisa berfikir lagi.dia sangat
bingung bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu padahal
keluarganya hidup sederhana,Natari terpaksa membolos sekolah selama tiga hari
untuk mencari uang untuk biaya operasi ibunya.
Keesokan harinya, Natari berjualan
kue di toko-toko terdekat walaupun dia mengetahui uang hasil penjualan kue tidak
seberapa.Natari tidak memberi tahukan ayahnya bahwa dia berjualan kue setiap
pagi.Ketika ayahnya berangkat kerja agar ayahnya tidak mengetahui bahwa dia
berjualan kue dan membolos sekolah selama tiga hari.ketika Natari berjualan di
toko ayahnya melihat dia berjulan kue lalu ayahnya menghampirinya.
“kenapa kamu membolos sekolah dan
berjualan kue?”
Natari
tidak menjawab pertanyaan Ayahnya akan tetapi diam seribu bahasa, kini Ayahnya
mengetahui bahwa putrinya ingin membantu dia mencari uang untuk biaya operasi
ibunya. Ayahnya tidak akan melarang putrinya berjualan kue di toko dengan satu
syarat dia harus tetap belajar walaupun tidak sekolah, dia harus belajar di
rumah karena dia sudah kelas 3 sebentar
lagi akan ujian.
Selama tiga hari ini Intan tidak
bertemu dengan Natari, Intan merasa khawatir karena sahabatnya tidak memberi
kabar sama sekali sejak dia membolos sekolah. Sepulang sekolah Intan memutuskan
untuk menghampiri Natari di rumahnya, saat Intan mengetuk pintu rumah Natari
tidak ada jawaban dari dalam rumah Natari. Intan berbalik badan lalu berjalan
pulang ke rumahnya, saat perjalanan ke rumahnya dia melihat seorang gadis yang
pernah dia kenal lalu dia menghampiri ternyata itu adalah sahabatnya. Intan
berlari dan memeluk sahabatnya itu dengan menangis karena merasa rindu.
Natari mengajak Intan ke rumahnya saat
sampai di rumah Natari ternyata dia melihat Ayahnya duduk di depan rumah. Intan
bersalaman dengan Ayah Natari lalu masuk ke ruang tamu. Ayah natari berbincang
–bincang dengan intan sedangkan natari
pamit ke dapur untuk membuat minuman, intan bertanya kepada Ayah Natari kenapa
dia membolos sekolah?. Sebelum Ayah Natari menjawab pertanyaan intan Natari
datang membawa dua cangkir teh dan menyajikan kepada sahabatnya dan Ayahnya,
Intan bertanya kepada Natari mengapa dia membolos sekolah Dan berjualan kue di
toko?. Natari hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Intan merasa
pertanyaannya mengecewakan lalu mengganti topik pembicaraan lain.
“Oh ya Nat, apakah kamu sudah siap
mengikuti lomba pentas seni musik?” Tanya
Intan.
“ Maaf In, Aku tidak bisa mengikuti lomba pentas
seni musik karena Ibuku sakit.” Natari
menjawab dengan menundukkan kepalanya merasa takut Intan kecewa, sebelum Ayah
Natari pamit untuk keluar rumah Intan meminta izin kepada Ayah Natari untuk
mengajak Natari ke taman. Namun Ayahnya hanya mengizinkan sebentar saja.meraka
pun setuju, kemudian Intan menarik tangan Natari agar segera ke taman.
Sesampai di taman Intan kembali
melontarkan pertanyaan kepada sahabatnya itu.
“Apa? apa yang kamu bilang barusan,
Tidak bisa mengikuti lomba?” tanya Intan terkejut. “kenapa kamu
mengecewakanku?, sekarang coba kamu lihat batu karang ini begitu indah bukan?
Batu karang ini seperti dirimu yang
tidak ingin menunjukkan jati diri dan bakat mu.” Wajah Intan memerah menahan tangis dalam
hatinya