Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging

KH. Ahmad SIddiq, SE., MM (Pengasuh) berada di pelataran Masjid Nabawi

Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging

Bangunan Asrama Putra yang didesign oleh Pengasuh dengan gaya arsitek modern

Dewan Guru Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging

Dewan guru dan asatidz Pondok Pesantren Nurul Islam di depan ndalem dengan memakai seragam keki

Brifing Pengasuh Kepada Peserta Gerak Jalan

Arahan serta motivasi Pengasuh kepada regu gerak jalan MA, SMK UBP, dan MTs Nurul Islam agar tetap mempertahankan kejuaraannya di lomba gerak jalan kecamatan Pungging

Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging

Bangunan Masjid yang didesign oleh Pengasuh dengan gaya arsitek modern

Selasa, 22 Desember 2015

KH. Ahmad Siddiq, SE.MM : Tayangan Televisi Merusak Akhlak Bangsa

Selasa, 08 Desember 2015

PP Nuris Sifaul Jinan

PP Nuris Ya Rabba Makkah

Minggu, 06 Desember 2015

Konsensus Peraturan Ponpes dengan Wali Santri

PP Nuris YA LIHANA

Sabtu, 05 Desember 2015

PP Nuris Shalawat Al Qiyam

Pensi NSC 1

PP Nuris Nadhom Imrithi

IKRAR PENGURUS



اشهد ان لا اله الا الله واشهد انّ محمدا رسول الله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحد نبيا ورسولا

Kami pengurus asrama santri putra dan pengurus asrama santri putri Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging – Mojokerto masa khidmat 2015-2016 menyatakan :
1.     Bertaqwa kepada Allah dan ta’at Rosululloh
2.     Senantias amenjalankan syari’at islam alaahlissunnati waljama’ati
3.     Bersikap atau  berperilaku yang dijiwai akhlakul karimah
4.  Menjunjung tinggi nama baik Pondok Pesantren, Pengasuh, Dewan Asatidz, Dewan Guru, dan segenap santriwan – santriwati
5.     Melaksanakan tugas – kewajiban dengan penuh tanggung jawab dan lillahita’ala
6.     Mendorong terwujudnya warga pesantren yang rohmatanlil ‘alamin
7.     Menjadi suri tauladan (uswatun khasanah) bagi segenap santriwan - santriwati.


Demikian, semoga Allah SWT meridhai setiap langkah kita, Amin yarobbal 'alamin.

Rabu, 02 Desember 2015

Cinta di Panggung Juara

Karya : Arifatul Musyayadah

Kukkuruyuk……...kukkuruyuk…….
          Ayam pun sudah berkokok, menandakan pagi sudah dimulai. Sinar matahari menyilaukan mataku, sehingga aku bangun dari tidur. Aku pun pergi ke kamar mandi dan langsung keluar rumah. Sinar matahari pun juga menyengat badanku, sehingga membuat semangatku semakin bertambah. Ikan-ikan pun menari-nari di dalam sungai yang jernih. Hari bahagia mulai terlihat sejak pagi ini. Karena sekarang hari bahagiaku, aku pun mulai semangat. Karena semangatnya, terjadilah kekeributan kecil di rumahku.
       “Kiki ,cepat. Nanti terlambat lagi!’’. Kata Pipit yang berteriak marah- marah kepada sahabatnya (sambil mengeluarkan mobil dari garasi).
       “Ya sebentar, lagi ngambil sepatu’’. Jawab Bita menjelaskannya.
  SETELAH SAMPAI DI HALAMAN RUMAH………..
       “Lain kali jangan lama-lama, nanti telat lagi!’’. Pipit pun menasehati Bita yang sedang asyik memakai sepatu barunya.
       “Ya, aku sudah mengerti. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi’’. Bita pun berjanji kepada Pipit.
       “Ya sudah, ayo masuk ke mobil, kita harus cepat- cepat berangkat sekolah!’’ (sedikit marah)
       “Ya’’. Balas Bita dengan semangat.
                  Mereka pun pergi ke sekolah tanpa ada masalah lagi. Disamping itu, mereka telah membangun sebuah prinsip. Yaitu:  
                                                                                                     من جد وجد
                            ‘’ barang siapa yang bersungguh- sungguh pasti akan berhasil’’.
KETIKA SAMPAI DI SEKOLAH MA PANUTAN JAYA…………….
        BRUK…!!. Seorang laki- laki yang tak sengaja menabrak sebuah tanaman kecil di dekat tong sampah. Aku dan Bita pun segera menolongnya.
       “Astagfirullahal’adhim, kenapa bisa jatuh ya ?’’ tanya Pipit kepada laki-laki itu.sambil menolongnya
   
       “Bagaimana keadaanmu? Apakah sakit?” Pipit kembali bertanya.
       “Aku tidak apa-apa” jawab laki-laki itu.
       “Pit, ayo kita masuk. Bel sudah berbunyi, nanti kita telat lagi nih, ayo cepat!!”
 Bita pun mengajak Pipit masuk ke kelas sambil terburu-buru.
      “Ya” jawab Pipit singkat.
      “Aku masuk kelas dulu ya! Assalamu’alaikum” ujarnya lagi sambil melambaikan tangannya kepada laki-laki tersebut.
KELAS X IPA 1…………….
         Sesampainya di kelas.
       “Assalamu’alaikum” ucap kedua sahabat tersebut sambil memberikan senyuman terbaiknya.
       “Waalaikum salam” jawab teman-teman di kelas itu dengan baik.
        Aku dan Bita pun memilih duduk paling depan. Karena mereka berdua ingin lebih mengetahui ilmu-ilmu yang mereka dapatkan. Mereka akan terus maju, meskipun badai sedang melawan mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan mereka meskipun juga banyak lintangan yang dihadapi.
        “Ya, ada apa?” jawab Bita.
       “Apa yang kamu pikirkan di masa yang akan datang?”
       “Aku masih bingung nih! Mungkin aku akan terus kuliah di perguruan tinggi” ujarnya dengan tak pasti.
       “Oh….!!”
       “Kalau kamu?”
       “Aku akan maju di hadapan semua orang, akan aku buktikan bahwa aku bisa. Aku pasti akan jadi juara di panggung juaraku nanti” ujar Pipit dengan pasti.
       “Kamu hebat Pit, aku akan selalu mendukungmu”
       “Ya terima kasih ya! Kalau begitu ayo sama-sama kita wujudkan tujuan kita sama-sama!
       “Yo” kata Bita dengan semangat.
             Tiba-tiba pak guru masuk kelas. Pelajaran dimulai dengan baik.

            Tet……tet….
            Bel istirahat terdengar dari kelas. Aku dan Bita pun pergi ke kantin untuk memesan makanan.
KANTIN SEKOLAH……..
            Sesampainya di kantin, aku dan Bita lansung memesan makanan dan mencari tempat duduk untuk dapat menikmati makanan bersama-sama.
       “Bu, saya pesan 2 mie dan 2 es the. Cepat ya, Bu!”(sambil tersenyum)
      “Baik, pesanan akan segera datang” kata pelayan kantin.
             Tiba-tiba datang seseorang yang mengagetkanku. Dia adalah lelaki yang tadi pagi menabrak tanaman kecil di dekat sampah. Akhirnya, kami pun berkenalan.
       “Hai, bisa gabung nggak ?” kata lelaki tersebut.
        “Eh, kamu. Boleh- boleh. Silahkan duduk!” kata Pipit membalasnya.
       “Ngomong- ngomong, kita belum kenalan, kan! Perkenalkan namaku Daffa Alif Faris Ananto, biasa dipanggil Daffa. Dan kamu?” tanya Daffa kepada Pipit.
        “Namaku Khafidlotun nisa’ biasa dipanggil Pipit. Dan ini sahabatku, namanya Aulia Tsabita Fatiya biasa dipanggil Bita. Kami tinggal serumah dan kami juga sangat bahagia sekali”
         Kami bertiga bersenda gurau sambil menikmati makanan yang dipesan di kantin tadi. Tak terasa bel sudah berbunyi. Bel menandakan sudah waktunya masuk kelas. Akhirnya, aku, Bita, dan Daffa pun segera masuk ke kelas kami masing-masing.
       “Eh, tak terasa ya bel sudah berbunyi, yuk kita masuk ke kelas masing-masing! ujar Bita.
       “Ya sudah, aku pergi dulu ya!” kata Daffa.
       .
KELAS X IPA 1…………..
         Setelah sampai di kelas, aku dan Bita bersiap-siap untuk mendapatkan ilmu baru. Tiba-tiba, pak guru masuk ke dalam kelas.
      “ Assalamualaikum, anak-anak” ucap pak guru.
       “Waalaikumsalam pak guru” jawab seluruh siswa dengan serentak.
       “Mohon perhatian anak-anak! Besok akan diadakan perlombaan pidato tingkat………! Pak Guru pun kebingungan
       “Yeeh, ada lomba pidato” ujar salah satu siswa di kelas itu.
       “Diam. Saya belum selesai bicara, kenapa kamu memotong pembicaraan saya?.kata Pak Guru dengan perasaan marah.
       “Baik, Pak. jawab satu kelas dengan kompak.
       “Lomba ini akan dilaksanakan tingkat kabupaten. Syaratnya harus berbahasa Indonesia dan minimal satu kelas dapat mewakili 1 a..…….” kata Pak Guru kebingungan lagi.
       “Yah, kenapa harus 1 anak yang mewakili?” kata salah satu siswa lagi.
       “Huh…., kenapa kalian masih bandel? Kan sudah saya bilang, saya belum selesai bicara, kenapa kamu memotong pembicaraan saya? Kamu anggap apa saya ini? Coba jawab?” Pak Guru pun semakin marah.
       ‘’Radio Pak, hehehe” ujarnya lagi.
       “Mengapa kamu jawab pertanyaan saya ? Apa kamu nggak punya sopan santun? Kamu sudah mengejek saya seperti radio! Diam kamu!” Pak guru pun semakin marah.
       “Sebelumnya saya minta maaf Pak, tadi kan Bapak minta kalau pertanyaan Bapak harus dijawab. Ya saya jawab deh!”
       “Iya juga ya!” kata pak guru pelan-pelan
       “Hooo…….’’ Satu kelas menyorai pak guru tersebut.
        “Ya sudah, saya minta maaf. Nah , sekarang siapa yang mau mengikuti lomba pidato ini pada besok pagi?’’
       “Saya, Pak’’ kata Pipit dengan pasti.
       “Ya bagus sekali. Jadi, yang mewakili kelas ini adalah Pipit’’
            Pelajaran pun dimulai dengan baik karena mereka selalu mendengarkan guru dengan baik’’
             Tett…….tett…..
            Bel pulang pun berbunyi. Akhirnya, aku dan Bita pun pulang.
       ‘’Bit, ayo kita pulang, hari sudah semakin siang!” ujar Pipit.
      “Ya sudahlah, ayo! jawabnya singkat.

          Ketika Pipit  mengeluarkan mobilnya dari garasi, tiba-tiba Daffa datang di depan mobilku. Aku pun kaget melihatnya. Untung saja aku dapat mengontrol mobilku ini, kalau tidak, Daffa pasti tertabrak!. Dia pun mengajakku pulang bersama dengannya.
      “Astagfirullahal’adzim,ya Allah” dengan perasaan kaget aku melihat Daffa di depan mobilku.
      “Untung aku dapat mengendalikan mobilku, kalau tidak!’’ujarnya lagi.
     “Kamu bisa tidak  pulang sama aku?’’sambil menunjukkan mobilnya.
      “Ya sudahlah, ayo!” sambil turun dari mobil.
      “Nah, ini baru teman baikku” jawab Daffa.
      “Bit, aku pulang dulu ya sama Daffa, kamu pulang pakai mobilku, nggak papa kan!” tanya Pipit kepada Bita.
      “Ya sudah, aku tidak masalah, lagi pula, aku kan sudah bisa menyetir sendiri,”
       ‘’ya sudah,aku dulu ya!, assalamu’alaikum’’.(sambil melambaikan tangannya kepaga Bita)
            Akhirnya, Bita pun pulang sendirian. Tapi, diperjalanan Bita, ia di hadang oleh salah satu teman sekelasnya. Bita pun senang karna dia punya teman untuk diajak bicara.
SESAMPAINYA DIRUMAH…………
             Ketika sampai dirumah, Pipit mengajak Daffa untuk masuk kedalam rumah. Tetapi Daffa malah menolaknya. Ia hanya ingin meminta nomer telefonku saja.
     ‘’terimah kasih Daffa, aku sangat berhutang kepadamu, kamu bisa mampir dulu untuk beristerahat”. Ajak Pipit kepada Daffa.
      ‘’tidak usah repot-repot. Oh ya, apakah aku boleh minta nomer teleponmu?’’
      ‘’ya, tentu saja boleh’’(sambil mengeluarkan handpone nya didalam tas)
      ‘’ini: 085856456929’’. Ujarnya lagi.
       ‘’terima kasih’’
      ‘’sama-sama’’
       ‘’aku pulang dulu ya! Nanti takutnya ibu mencariku, sampai nanti!’’.
                Aku pun masuk kedalam  kamar. Suara pintu pun terketuk  dari depan rumah. Aku pun membuka pintu rumah, dan ternyata itu adalah Bita yang baru saja pulang dari sekolah.
           Tok..tok..tok…
     ‘’assalamu’alaikum, Pit,Pipit?’’. Ucap Bita.
     ‘’wa’alaikum salam, eh ternyata kamu, ayo masuk’’. Jawab Pipit.
     ‘’ya, bagaimana tadi kamu sama Daffa ? baik-baik saja kan!’’
     ‘’ ya, aku baik !. dan bagaimana denganmu?’’
    ‘’aku sangat senang sekali, karna tadi aku bertemu dengan Deny. Dia mengajakku  makan               siang direstoran, aku dan dia lagi asyik membicarakan cita-cita kami berdua.Dia bilang ‘’bahwa setiap keinginan pasti akan tercapai apabila dikerjakan dengan sungguh-       sungguh’’.
     ‘’ya, benar sekali. Ngomong- ngomong, Deny itu bukannya teman sekelas kita yang ngirain pak guru sebagai radio, benar kan!’’
     ‘’ya, benar sekali’’
     ‘’ya sudahlah, aku pergi dulu ke taman untuk merenungkan yang diucapkan oleh Deny tadi, aku dulu ya !’’
‘’yalah, terserah kamu,aku akan pergi kekamar dulu untuk belajar pidato’’

KETIKA TIBA DIKAMAR……………
              Aku pun mendengar suara handponeku berbunyi di dalam tas. Aku pun segera mengambilnya dan membalas sms tersebut.
      ‘’assalamu’alaikum’’
     ‘’wa’alaikum salam,siapa?’’
      ‘’ini aku, Daffa’’
      ‘’oh kamu,ada apa?’’
      ‘’tidak apa-apa, kamu lagi ngapain sekarang?’’
      ‘’lagi belajar pidato di depan cermin, besok kan waktunya aku menunjukkan bahwa aku bisa menjadi yang terbaik dihadapan semua orang. Aku akan maju mewakili bangsa Indonesia ini untuk menjadi yang terbaik’’
      ‘’oh, itu bagus sekali. Aku akan selalu mendukungmu’’
      ‘’Terima kasih ya! Kamu sudah menjadi teman terbaikku’’
     ‘’ya, sama-sama, do’aku akan selalu menyertaimu wahai temanku, kamu kalau mau tidur jangan malam-malam, agar besok pada pagi hari dapat memberikan pidato terbaikmu’’
       ‘’ya, akan selalu ku ingat nasehatmu itu’’
      ‘’assalamu’alaikum’’
       ‘’wa’alaikumsalam’’
               Di pagi hari yang cerah, mentari pagi menyinari halaman rumahku. Tak seperti biasanya, aku lebih berangkat pagi-pagi. Hari ini mulai aku menunjukkan bakatku. Dan begitu juga dengan Bita, dia pun mulai hidup disiplin.sesampainya di sekolah,aku dipanggil                             
Ke kantor untuk siap-siap berangkat. Sebelum berangkat, aku meminta restu bapak ibu guru agar nanti pada saat perlombaan, dapat berjalan dengan baik. Dan tak lupa dengan teman-teman terdekatku. Aku punsiap pergi ke tempat perlombaan. Aku berangkat bersama dengan guru pembimbingku,namanya bu Nita. Aku pun berangkat dengan beliau menggunakan mebil milik bapak kepala sekolah. Aku pun segera pergi dengan rasa kesemangatan.
SESAMPAINNYA DI PERTANDINGAN……….
              Aku pun segera mengambil nomer undian ditempat panitia. Dan ternyata aku mendapatkan nomer undian terakhir.
              ‘’kamu dapat nomer berapa?’’tanya bu Nita kepadaku
               ‘’saya mendapatkan nomer undian terakhir bu!’’
               ‘’oh, bagus sekali itu,!’’
              ‘’loh, kenapa bu?’’
 ‘’ karena, umumnya sang juara itu pasti muncul terakhir, kamu harus bisa  menjadi yang terbaik. Dengan tekat dan usaha pasti akan tercapai usahamu.’’
                       Aku pun menganguk pasti kepada bu Nita. Kami pun menunggu giliranku untuk maju kepanggung.tentu, dalam kesempatan yang luang ini, aku pasti mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Disamping berusaha, aku pun juga berdo’a kepada allah. Sebentar lagi, aku akan maju kedepan.
 ‘’saat ini adalah nomer urut terakhir, dipersilahkan kepada Khafidlotun Nisa’  dari sekolah Panutan Jaya silahkan maju kedepan!’’
              Aku pun segera maju ke depan.tanpa ada rasa tegang ataupun gemeteran.ku buang rasa-rasa itu. Dan waktunya aku maju ke panggung.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alkhamdulillahirobbil’alamin ,wassolatuwassalamu’ala asyrofil anbiyaiwal mursalin, sayidina wamaulana muhammadin, wa’ala alihi washohbisi wassalam
Teman-teman sekalian yang berbahagia
Di sini saya akan menyanpaikan pidato dengan judul ‘’ibu’’
Saya mengetahui bahwa semua orang pasti mempunyai ibu, tapi sangat banyak orang di sekeliling kita tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu,(Pipit pun mulai mengeluarkan ekspresinya berupa kesediha yaitu dengan menangais ). Saat kita merasa kesakitan, ibu pun menolong kita dengan kasih sayang yang lembut, tapi apakah kita juga meniru sikap ibu tersebut. Apa yang harus kita lakukan jika ibu berbaring diatas kasur dengan merasakan kesakitannya . tentu kita akan membiarkan ibu menderita di atas kasur itu.
Seorang anak yang tinggal di rumah sendirian bersama sahabatnya, tanpa ayah dan ibu. Hidup mandiri adalah salah satu kunci sukses. Maka kita harus bersyukur kepada allah karena sudah ,memberikan orang tua yang lengkap serta cinta  kepada anak-anaknya.
Sekian dari saya, apabila ada kesalahan, mohon di maafkan
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SETELAH SELESAI BERPIDATO…………
            Hatiku pun merasa puas, sekarang waktunya untuk menunggu siapa yang akan menjadi juara. Aku hanya bisa menyerahkan diriku kepada allah, bagaimana hasilnya nanti.
SETELAH MENUNGGU HASIL JUARA……….
            Setelah ini, hasil juara pun di umumkan. Aku merasa takut apabila aku kalah. Pasti semua orang yang mendukungku pasti merasa sedih. Hasil juara pun di umumkan
         ‘’ perhatian kepada semua pesrta pidato, bahwa yang menjadi juara dari 50 peserta akan di ambil 3 yang terbaik
Ø  Untuk juara ke-3 adalah       : Muhib Batul Khaira dari sekolah MA Suka Maju.
Ø  Untuk juara ke-2 adalah        : Kurnia Permata Sari dari sekolah MA Kartini.
Ø  Untuk juara ke-1 adalah       : Khafidlotun Nisa’ dari sekolah MA Panutan Jaya.
Sekian dari saya , bagi nama-nama yang saya panggil harap segera maju kepanggung juara untuk menganmbil piala. Piala akan diserahkan kepada bapak kepala kabupaten mojokerto, kepada bapak kepala kabupaten mojokerto harap maju ke panggung .’’
‘’terima kasih pak’’. Kata Pipit  dengan bersyukur
‘’baik’’. Kata pak kepala kabupaten mojokerto.
    Alkamdulillah,aku mendapat juara 1. Aku sangat bersyukur kepada allah. Akhirnya aku pun pulang bersama bu Nita.
SESAMPAI DI SEKOLAH MA PANUTAN JAYA………..
            Semua teman-temanku pun menyoraiku ketika melihatku datang ke sekolah. Mereka bertanya-tanya apakah aku mendapat juara atau tidak. Dan akhirnya mereka pun mengerti bahwa aku telah mendapatkan juara 1. Mereka pun bangga terhadapku. Mungkin ini adalah akhir dari perjuanganku . Semua keinginanku sudah terpenuhi.   Aku telah membuktikan bahwa aku bisa maju di panggung juara. Ketika aku mengangkat pialaku di panggung juara bersama para sahabatku. Rasa cinta pun terwujud di hati kita masing-masing. Inilah yang ku maksud dengan ’Cinta Dipanggung Juara”.

TAMAT

Jati Diri Bersembunyi di Balik Batu Karang

 Karya : Verina Rosita Sari    

  Mentari pagi telah terbit dari ufuk timur menyambut      datangnya hari. Kicauan burung terbang di langit biru.              Embun pagi membasahi dedaunan dan ranting pohon. Ayam    jantan berkokok membangunkan setiap insan yang tertidur        lelap. Terdengar teriakan seorang ibu yang membangunkan      putrinya yang tertidur di atas ranjang kamarnya.
   “Natari bangun sayang sudah pagi”.
              Itulah nama yang diberikan kedua orangtuanya kepada    gadis itu. Natari bangun dari tidurnya dan berjalan menuju        kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Selesai mandi dan      berpakaian seragam sekolah berwarna putih abu-abu. Natari mendatangi ibunya yang berada di dapur yang sedang memasak untuk sarapan pagi. Natari melihat ibunya asyik memasak, dia terkejut karena Ayahnya mengejutkan dia. Dia memandang Ayahnya telah berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Akhirnya masakan yang dibuat Ibunya telah selelsai. Natari membawa masakan itu diatas meja makan dan menyantap bersama kedua orang tuanya, Ayahnya memandangi putrinya yang sedang memakan nasi dengan lahap. Dia tidak pernah melihat putrinya sesenang seperti itu. Natari pun malu sejak tadi dilihat Ayahnya. Selesai makan Natari berpamitan kepada orangtuanya untuk berangkat ke sekolah. Natari keluar dari rumah menaiki sepedanya. Ayahnya mengajak dia untuk berangkat bersama namun Natari menolak karena tidak ingin merepotkan Ayahnya lagipula dia ada janji dengan sahabatnya yaitu Intan. Jarak rumah Natari dengan sekolah cukup jauh mungkin 100 meter. Dia tidak pernah lelah menggowes sepedanya.
            Natari melihat sesosok gadis di pertigaan jalan, ternyata gadis itu adalah Intan. Mereka pun berangkat bersama, selama perjalanan mereka bercanda tawa tidak terasa akhirnya mereka sampai di sekolah. Natari memakirkan sepedanya di tempat sepeda lalu berjalan menuju kelas. Di dalam kelas tidak ada seorangpun murid yang datang kecuali mereka berdua. Natari dan Intan menaruh tas mereka di atas bangku setelah itu Intan mengajak Natari untuk pergi ke kantin karena dia belum sarapan sejak pagi. Sesampai di kantin Intan memesan makanan dia meminta Natari untuk memesan makanan agar tidak menunggui Intan yang sedang memakan makanannya. Natari menolak karena dia sudah kenyang dia teringat akan suatu hal yaitu PR Bahasa Inggris yang diberikan gurunya. Intan tersendak karena mendengar ucapan Natari, Natari meminta Intan untuk minum agar tidak tersendak lagi. Ternyata Intan belum menyelesaikan PRnya, dia menarik tangan Natari untuk pergi ke kelas, Intan membuka LKS Bahasa Inggris dan mengerjakan tugas dengan cepat. Sebelum guru Bahasa Inggris datang ke kelas. Akhirnya Intan telah menyelesaikan tugas Bahasa Inggris walaupun tangannya kram. Natari tertawa geli melihat sahabatnya itu, namun juga merasa kasihan karena tangannya kram.
            Bel sekolah berbunyi semua murid-murid masuk ke kelas masing-masing, guru Bahasa Inggris telah memasuki kelas 3. Guru mengucapkan salam lalu memulai pelajaran, bu Guru meminta murid-murid meminta membuka LKS, kemudian mengoreksi tugas Bahasa Inggris. Dalam hati Intan dia bersyukur bisa menyelesaikan tugas PR Bahasa Inggris tepat waktu. Bu Guru memanggil Intan untuk membaca soal nomor 5, lalu Intan membaca soal itu dan jawabannya pun benar. Selanjutnya Natari membaca soal nomor 6, jawabannya sama benar. Dan akhirnya Guru menjumlah semua nilai murid-murid dan memasukkan nilai itu ke dalam buku nilai. Selesai memasukkan nilai bu Guru meminta sekretaris untuk menulis materi di papan tulis hingga selesai. Setelah itu bu Guru menjelaskan materi yang telah ditulis di papan tulis, Natari dan Intan tidak memperhatikan penjelasan, mereka asyik bercanda. Bu Guru memarahi mereka berdua karena tidak mendengarkan penjelasan darinya. Sebegai hukuman Natari dan Intan disuruh keluar kelas dan berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran Bahasa Inggris selesai.
            Satu jam telah berlalu, Natari dan Intan merasa kelelahan berdiri selama satu jam. Akhirnya pelajaran Bahasa Inggris selesai. Guru pun meminta mereka masuk ke dalam kelas. Mereka berjanji dalam diri mereka sendiri tidak akan mengulangi kesalahan ini untuk kedua kalinya. Mereka merasa tidak mempunyai tulang di dalam kakinya. Natari dan Intan merasa lega karena hukuman mereka telah selesai.

            Sekarang waktunya pergantian jam, kelas 3 akan diajak guru Matematika namun guru tersebut tidak bisa hadir karena berhalangan. Jadi pelajaran kedua ini kosong, Natari merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa sedangkan Intan tertidur pulas di sampingnya. Akan tetapi murid-murid yang lain asyik bercanda, tidur, keluar dari kelas, membeli makanan di kantin. Natari melihat kelakuan teman-temannya merasa malu karena tidak bisa mencontohkan yang baik tetapi memberikan contoh buruk. Daripada Natari pusing melihat kelakuan teman-temannya dia memilih untuk membaca novel hingga selesai pelajaran.
            Kinipun waktu pelajaran kedua telah selesai, semua murid-murid keluar dari kelas. Natari membangunkan Intan dari tidurnya, Intan terbangun dengan wajah sayup, Natari seakan ingin tertawa melihat sahabatnya. Tanpa menunggu waktu Natari mengajak Intan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya setelah itu mengajak pergi ke kantin untuk membeli makanan. Intan melihat Natari begitu serius membaca buku yang dia bawa hingga dia melupakan makanan yang telah di pesan, Intan pun merasa ingin tahu !! buku apa yang dibaca itu. Intan menanyakan kepada Natari buku apa yang dia baca ?, Natari menjawab dia membawa Novel yang baru dia beli. Intan mengejutkan Natari sehingga membuat Novel itu terjatuh dibawa kaki Intan, Intan mengambil novel itu dan meminta maaf kepada Natari, dia tidak bermaksud mengejutkan Natari.
            Waktu istirahat sudah selesai, semua murid masuk ke kelasnya. Natari dan Intan yang kini sedang berada di kantin. Berjalan menuju kelasnya sebelum mereka mendapat hukuman dari gurunya untuk kedua kali. Natari dan Intan berlari cepat agar cepat sampai di kelas ketika mereka hampir sampai Bapak Kepala Sekolah memanggil mereka ke kantor. Ternyata Bapak Kelapa Sekolah meminta mereka untuk mengumumkan lomba pentas seni musik kepada masing-masing kelas, namun sebelum itu mereka meminta izin kepada guru yang akan mengajar kelas mereka. Setelah mendapat izin mereka memulai mengumumkan dari tiap-tiap kelas hingga ke kelas mereka sendiri. Di dalam lembaran itu tertulis :
Bagi peserta yang ingin mengikuti lomba dari tiap-tiap kelas tidak ada batas peserta.
Waktu pelaksanaan hari sabtu malam, waktu pendaftaran di mulai hari senin sampai jum’at. Bagi pemenang lomba pentas seni musik akan mendapatkan uang, bagi juara 1 mendapat uang Rp. 1.500.000,-, bagi juara II mendapat uang Rp. 1.000.000,-, juara III mendapat uang Rp. 500.000,-. Setelah Natari dan Intan mengumumkan perlombaan itu mereka kembali ke kelas mungkin mereka bisa mengikuti pelajaran selama 25 menit.
            Kini pelajaran akhir telah selesai, semua guru-guru dan murid keluar dari sekolah. Natari dan Intan berjalan menuju tempat bagian sepeda dan mengambil sepedanya. Intan membujuk Natari untuk mengikuti lomba itu namun Natari menolak karena dia takut demam panggung dan tidak memiliki alat musik. Natari tidak berkeinginan untuk mengikuti lomba itu walaupun dia mengetahuinya bahwa dia pandai bermain biola. Selama perjalanan Intan bercanda tawa dengan Natari di sisi canda tawa itu Intan membujuk Natari untuk mengikuti lomba itu, namun semua itu sia-sia Natari tetap bersikeras tidak mengikuti lomba itu. Natari dan Intan berpisah di pertigaan jalan, Intan melanjutkan perjalanannya hingga sampai di rumah. Dia menaruh sepeda di depan rumah dan berjalan memasuki kamar setelah berganti baju dia keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. Dia melihat Ibunya duduk di kursi Natari bercerita kepada Ibunya bahwa di sekolah diadakan lomba pentas seni musik. Ibunya bertanya kepada Natari mengapa dia tidak mengikuti lomba itu, padahal dia pandai bermain biola. Natari tidak menjawab pertanyaan Ibunya, selesai makan Natari berjalan menuju kamar. Di dalam kamar dia memikirkan perkataan Ibunya dan sahabat, tak disangka Natari tertidur pulas hingga menjelang waktu sore.
            Natari terbangun dari tidur nyenyaknya, dia membuka jendela ternyata hari menjelang sore dia berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Dari luar rumah terdengar suara mobil ternyata suara mobil itu adalah mobil Ayahnya yang baru datang. Waktu yang sama Natari selesai mandi, Natari mengajak Ayahnya untuk duduk di ruang tamu, dia bercerita bahwa di sekolahan diadakan lomba pentas seni musik. Ayahnya bertanya apakah dia mengikuti lomba itu ?, dia menjawab dia akan mengikuti lomba itu. Ibunya mendengar percakapan Natari dan Ayahnya tentang lomba pentas seni musik itu, Ibunya merasa senang karena dia ingin mengikuti lomba itu.
            Keesokan harinya Natari bangun lebih awal daripada biasanya entah mengapa hari ini dia begitu bersemangat menyambut datangnya pagi dan sorotan matahari di tiap-tiap jendela kamar. Pagi-pagi sekali Natari membuat keributan di dapur, Ibunya terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur untuk memastikan tidak ada apa-apa di dapur. Ternyata Ibu melihat putrinya sedang memasak, ibunya menghampiri Natari lalu bertanya sedang memasak apa kamu di dapur? Natari langsung berbalik badan dan melihat ibunya di belakang dia, dia menjawab dengan ketakutan dan wajah memerah. Ibunya meminta Natari untuk menjelaskan dengan jujur mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan di dapur. Natari menjelaskan semua yang telah dia lakukan di dapur, ternyata Natari ingin membuat nasi goreng dan dua mata telur sapi akan tetapi tidak berhasil malah rasa masakan itu menjadi tidak karuan. Dia tidak sengaja menjatuhkan piring ke lantai sehingga terdengar seperti keributan. Ibu Natari tertawa geli mendengar perkataan putrinya, Ibu mengajari Natari cara membuat nasi goreng yang lezat. Akhirnya Natari bisa membuat nasi goreng dengan lezat selesai memasak nasi goreng Natari membawa masakan itu di atas meja makan. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, selesai mandi dan berpakaian seragam sekolah Natari menghampiri Ibu dan Ayahnya yang berada di meja makan. Natari berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk berangkat sekolah, Natari keluar dari rumah lalu menaiki sepedanya dan menggowes sepeda dengan cepat. Saat perjalanan dia bertemu Intan mereka berangkat bersama. Sesampai di sekolah Natari melihat para siswa-siswi bergerumbul di depan mading. Natari dan Intan berjalan mendekati mading sekolah, ternyata itu adalah nama peserta yang mengikuti lomba pentas seni musik. Intan memandang Natari dia berharap Natari ingin mengikuti lomba itu. Tiba-tiba saja Natari menarik tangan Intan menuju ruang OSIS, Intan menjadi bingung dengan kelakuan Natari mengapa dia diajak ke ruang OSIS ? . Sesampai di sana Natari dan Intan melihat teman sekelasnya yang menjadi anggota OSIS yang bertugas mencatat bagi siswa-siswi yang mengikuti lomba pentas seni musik. Natari bertanya kepada temannya itu berapa banyak peserta yang mengikuti lomba pentas seni musik ? temannya menjawab dengan wajah bingung mungkin sekitar 110 peserta yang mengikuti lomba. Natari mengambil pulpen di depannya lalu menulis namanya di kertas perlombaan, Intan terkejut melihat Natari menulis namanya di kertas perlombaan itu. Intan memandang Natari dengan wajah tersenyum. Natari berkata kepada Intan awalnya dia tidak ingin mengikuti lomba itu akan tetapi berkat Intan dia ingin mengikuti lomba pentas seni musik. Intan merasa senang lalu dia memeluk Natari dengan erat sehingga Natari tidak bisa bernapas.
            Mereka pergi ke kantor menemui bapak Kepala Sekolah untuk meminta izin meminjam biola, Bapak Kepala Sekolah bertanya kepada mereka mengapa ingin meminjam biola? Natari menjelaskan kepada Bapak Kepala Sekolah bahwa dia meminjam biola untuk berlatih untuk mengikuti lomba pentas seni musik, akhirnya Bapak Kepala Sekolah menyetujui tetapi Natari harus berjanji kepada Bapak Kepala Sekolah untuk memenangkan lomba itu. Natari pun menyetujui persyaratan yang diberikan Bapak Kepala Sekolah, Intan dan Natari merasa senang karena bisa berlatih. Mereka berjalan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran IPA selama 2 jam, sesampai di kelas semua murid-murid memandangi Natari dan Intan mengapa membawa biola ke dalam kelas? Bu Guru yang baru masuk ke kelas merasa heran melihat Natari memegang biola! Natari menjelaskan kepada Bu Guru bahwa dia akan mengikuti lomba pentas seni musik. Bu guru pun tersenyum dia berkata “Kamu jangan pantang menyerah berlatih untuk mengikuti lomba itu. Bu Guru memulai pelajaran kembali hingga 2 jam.
            Waktu istirahat Natari dan Intan berjalan menuju ruang musik untuk berlatih tidak disangka semua siswa-siswi mengintip dari luar jendela. Natari mengetahui akan hal itu dia bersembunyi di balik tirai agar tidak ada yang tahu bahwa dia bermain biola, Intan merasa bingung melihat Natari bersembunyi di balik tirai. Natari menunjuk kearah jendela dengan wajah memerah, Intan tidak mengerti maksud Natari dia berbalik badan dan melihat semua murid-murid mengintip dari jendela. Intan berjalan keluar ruang musik dan meminta murid-murid meninggalkan ruang musik sekarang juga, setelah itu Intan kembali masuk ke ruang musik lalu meminta Natari keluar dari tirai.Natari mengintip dari balik tirai untuk memastikan semua murid telah meninggalkan ruang musik,kemudian Natari keluar dari balik tirai dia mengajak Intan pergi ke kanti untuk membeli makanan karena Natari kelelahan ber lati. Sesampai di kanti Natari dan Intan memesan makanan lalu memakan makanan itu hingga habis tidak tersisa. Selesai makan Intan dan Natari berjalan menuju kelas,saat perjalanan menuju kelas Intan dan Natari mendengar pengumuman dari spiker.
“bahwa siswa-siswi bisa pulang lebih awal dari pada biasanya”semua murid-murid berteriak kesenangan, Natari melihat jam tanggannya menunjukkan pukul :10.00 WIB kemudian dia berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya yang berada di dalam kelas.Sesampai di sana dia melihat sudah tidak ada murid sama sekali,hanya mereka berdua di dalam kelas.Intan dan Natari berjalan keluar dari pagar sekolah,lalu menggoes sepedanya dengan cepat sampai di rumah.Selama perjalanan mereka bercerita tentang perlombaan pentas seni musik yang akan diadakan sabtu malam besok.
            Satu jam perjalanan,akhirnya Natari sampai di rumah.Saat Natari masuk ke dalam rumah dia tidak melihat ibunya di dapur,Natari berlari keluar rumah dia melihat mobil ayahnya sudah berada disamping rumah.Natari menjadi takut dia mengambil ponsel di dalam saku lalu menelfon ayahnya.
            “Halo,ayah ada di mana ?”tanya Natari dengan bingung.
            “ayah sekarang berada di rumah sakit bersama ibumu,sekarang kamu cepat kesini!.Ayah tidak bisa menjelaskan melewati telfon.”
            Natari mengunci pintu rumah kemudian mencari angkutan umum untuk mengantar dia ke rumah sakit,saat perjalanan dia memikirkan ibunya yang berada di rumah sakit.Akhirnya Natari sampai ke rumah sakit,dia mendekati suster dan bertanya ibunya di rawat di kamar berapa?.Suster itu menjawab bahwa ibunya dirawat di kamar melati no 3.setelah itu Natari mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di kamar ibunya,dari kejauhan terlihat seorang laki-laki berdiri di depan kamar ibunya.Ternyata laki-laki itu ialah ayahnya,Natari menghampiri ayahnya lalu bertanya.
            “Ayah ada apa dengan ibu?”
            Ayahnya tidak menjawab pertanyaan Natari,tiba-tiba seorang dokter menghampiri Natari dan ayahnya yang berada di depan kamar.
            “Siapa keluarga pasien?”tanya dokter.
            “Saya dok,ada apa dengan ibu saya?”Natari memandang dokter dengan rasa takut.
            “Ibumu harus cepat di operasi,jika tidak penyakitnya bisa membahayakan ibumu.”
            Dokter itu berjalan pergi meninggalkan Natari dan ayahnya,Natari memandang ayahnya dengan rasa khawatir.
            “Ayah akan menjelaskan padaku semua yang tejadi pada ibu kan?.”kata Natari.
            “Maafkan ayah,ibumu terserang penyakit liver.Kata dokter biaya operasi ibumu Rp.1.500.000,00”
            Natari terkejut mendengar perkataan ayahnya,Natari tidak bisa berfikir lagi.dia sangat bingung bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu padahal keluarganya hidup sederhana,Natari terpaksa membolos sekolah selama tiga hari untuk mencari uang untuk biaya operasi ibunya.
            Keesokan harinya, Natari berjualan kue di toko-toko terdekat walaupun dia mengetahui uang hasil penjualan kue tidak seberapa.Natari tidak memberi tahukan ayahnya bahwa dia berjualan kue setiap pagi.Ketika ayahnya berangkat kerja agar ayahnya tidak mengetahui bahwa dia berjualan kue dan membolos sekolah selama tiga hari.ketika Natari berjualan di toko ayahnya melihat dia berjulan kue lalu ayahnya menghampirinya.        
            “kenapa kamu membolos sekolah dan berjualan kue?”
Natari tidak menjawab pertanyaan Ayahnya akan tetapi diam seribu bahasa, kini Ayahnya mengetahui bahwa putrinya ingin membantu dia mencari uang untuk biaya operasi ibunya. Ayahnya tidak akan melarang putrinya berjualan kue di toko dengan satu syarat dia harus tetap belajar walaupun tidak sekolah, dia harus belajar di rumah karena dia sudah kelas 3  sebentar lagi akan ujian. 
            Selama tiga hari ini Intan tidak bertemu dengan Natari, Intan merasa khawatir karena sahabatnya tidak memberi kabar sama sekali sejak dia membolos sekolah. Sepulang sekolah Intan memutuskan untuk menghampiri Natari di rumahnya, saat Intan mengetuk pintu rumah Natari tidak ada jawaban dari dalam rumah Natari. Intan berbalik badan lalu berjalan pulang ke rumahnya, saat perjalanan ke rumahnya dia melihat seorang gadis yang pernah dia kenal lalu dia menghampiri ternyata itu adalah sahabatnya. Intan berlari dan memeluk sahabatnya itu dengan menangis karena merasa rindu.
Natari mengajak Intan ke rumahnya saat sampai di rumah Natari ternyata dia melihat Ayahnya duduk di depan rumah. Intan bersalaman dengan Ayah Natari lalu masuk ke ruang tamu. Ayah natari berbincang –bincang  dengan intan sedangkan natari pamit ke dapur untuk membuat minuman, intan bertanya kepada Ayah Natari kenapa dia membolos sekolah?. Sebelum Ayah Natari menjawab pertanyaan intan Natari datang membawa dua cangkir teh dan menyajikan kepada sahabatnya dan Ayahnya, Intan bertanya kepada Natari mengapa dia membolos sekolah Dan berjualan kue di toko?. Natari hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Intan merasa pertanyaannya mengecewakan lalu mengganti topik pembicaraan lain.
“Oh ya Nat, apakah kamu sudah siap mengikuti lomba pentas seni musik?”  Tanya Intan.
            “ Maaf  In, Aku tidak bisa mengikuti lomba pentas seni musik karena Ibuku sakit.”  Natari menjawab dengan menundukkan kepalanya merasa takut Intan kecewa, sebelum Ayah Natari pamit untuk keluar rumah Intan meminta izin kepada Ayah Natari untuk mengajak Natari ke taman. Namun Ayahnya hanya mengizinkan sebentar saja.meraka pun setuju, kemudian Intan menarik tangan Natari agar segera ke taman.
            Sesampai di taman Intan kembali melontarkan pertanyaan kepada sahabatnya itu.

            “Apa? apa yang kamu bilang barusan, Tidak bisa mengikuti lomba?” tanya Intan terkejut. “kenapa kamu mengecewakanku?, sekarang coba kamu lihat batu karang ini begitu indah bukan? Batu karang ini seperti dirimu  yang tidak ingin menunjukkan jati diri dan bakat mu.”  Wajah Intan memerah menahan tangis dalam hatinya